Minggu, 31 Juli 2016

Korea, I was Coming "nekatly"

Baru buka-buka blog dan ternyata sudah lama sekali vakum, maigattt...posting terakhir midyear 2015.
Baiklah, ini adalah perjalanan tahun 2014, tapi baru posted sekarang di 2016. Dan mohon maaf pun, isinya tidak lengkap. Posting kali ini hanya menceritakan perjalanan secara umum saja karena sudah lama sekali dan saya kehilangan file-file yg berkaitan dengan biaya dan catatan lainnya..hoho...

Setelah 3 tahun mengagumi Korea Selatan dari film-film dramanya, akhirnya bisa terealisasi mimpi kami berkelana ke negri gingseng. Latar suasana dan tempat-tempat yang ditampilkan di film drama terlihat warna-warni, dan romantis sehingga menarik hati.

Satu tahun sebelum keberangkatan, saya dan kawan waktu itu sudah mulai membuat itinerary dengan rute Jkt - Incheon - Jeju - Busan - Seoul, mengumpulkan bebagai informasi tentang daerah-daerah yg dituju, serta dokumen-dokumen yg perlu di submit untuk membuat visa. Peta wisata Korea Selatan dan buku yg berisi berbagai referensi bisa di dapatkan di Korea Tourism Organization yg berkantor di kawasan Jl. Jend. Soedirman, Jakarta. Kita bisa meminta buku tentang wisata Korea Selatan setelah mengisi form aplikasi berisi data lengkap kita. Setelah mengetahui destinasi mana saja yg akan dikunjungi, itinerary dan perencanaan biaya pun disusun untuk keperluan membuat visa. Beberapa hal yg diperlukan untuk aplikasi visa antara lain :
1. Paspor Asli dan Fotokopi Paspor (halaman identitas beserta visa/cap negara-negara yang telah dikunjungi)
2. Formulir Aplikasi Visa (dengan satu lembar foto yang ditempel pada kolom foto)
3. Kartu Keluarga atau Dokumen yang dapat membuktikan hubungan kekeluargaan
4. Surat Keterangan Kerja dan Fotokopi SIUP Tempat Bekerja- Jika tidak bekerja tidak perlu menyertakan
5. Surat Keterangan Mahasiswa/Pelajar, bagi yang masih bersekolah
6. Fotokopi Bukti Keuangan, pilih salah satu:
    * Surat Pajak Tahunan (SPT PPH-21) yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak RI
    * Surat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak RI
    * Rekening koran tabungan 3 bulan terakhir dan surat referensi bank
    * Surat keterangan keanggotaan golf
    * Surat keterangan keanggotaan hotel bintang 5
    * Surat keterangan pemegang program jamsostek
    * Slip gaji atau bukti tunjangan pensiun

Berikut adalah itinerary yang sudah dijalankan (jauh dari yg direncanakan). Semua berantakan karena kesehatan menurun pada saat perjalanan. So, salah satu tips saat perjalanan (apalagi yg jaraknya ribuan mil) adalah wajib SEHAT wal'afiat.

Day 1-3
Jakarta - Incheon - Jeju
  • Love Museum
  • Seongsan Ilchulbong

Sejak sehari sebelum keberangkatan sudah tidak enak badan. Sepertinya nervous perjalanan (internasional) jauh pertama, bermodal nekat pula. Dan akhirnya yg menyiapkan bekal dan perlengkapan jadilah kakak saya :D
Musim semi di Korea Selatan berlangsung sepanjang bulan Maret hingga May. Dan perjalanan ini dilakukan pada bulan April. Walaupun cuaca cerah ceria, tapi suhu udara berkisar antara 13°C - 16°C pada siang hari, dan 10°C - 12°C pada malam hari.
Di Jeju, saya dan kawan hanya sempat mengunjungi dua tempat yg iconic, karena jarak tempat wisata satu dan lainnya sangat berjauhan dan biaya perjalanan membutuhkan ongkos yg lumayan. Moda transportasi di Jeju adalah bus, taxi, dan sewa mobil. Pada saat itu yg paling terjangkau untuk kami adalah bus untuk wisata jarak jauh dan taxi untuk wisata dengan jarak dekat.
Kami memilih bus untuk ke spot Seongsan Ilchulbong. Tempat tersebut adalah sebuah kawah gunung berapi kuno yang sudah tidak aktif. Untuk menikmatinya, pengunjung difasilitasi tangga kayu untuk mendaki hingga puncak (sunrise spot). Perjalanan dengan bus jarak jauh tanpa macet tanpa 'ngetem' memakan waktu 2 jam sekali perjalanan, maka 4 jam untuk pulang-pergi.
Seharusnya banyak yg bisa dikunjungi di Jeju, tapi waktu yg terlalu sebentar dan budget terbatas membuat kami harus mengubah objek wisata. Akhirnya kami memilih Love Museum *jengjeeng*. Sangat tidak disarankan bagi usia dibawah 18 tahun, karena berisi segala macam alat peraga hingga bermacam gaya yg berkaitan dengan kegiatan reproduksi manusia. Kami ke sana dengan taxi karena jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 30 menit perjalanan dari guesthouse kami yg berdekatan dengan terminal bus Jeju.
Sementara untuk bertahan hidup, jika tidak menyukai makanan Korea, kita bisa membeli makanan di convenience store (semacam Indomaret di Indonesia). No worry, banyak makanan halal di sana. Ada spaghetti sapi, roti atau pastry, dan lainnya yg sekiranya bisa dimakan. Di seberang penginapan kami, Sory Guesthouse, ada restoran yang menjual Samgyetang (sup ayam yang dimasak dengan gingseng). Di Jeju tidak ada Sevel, kalau tidak salah ingat mereka punya Jeju Daily (Indomaretnya Jeju). Uang elektroniknya pun berbeda dari provinsi lainnya, saya lupa namanya tapi bukan T-money. Jadi kami menggunakan uang cash ketika bertransaksi. Ini karena Jeju merupakan provinsi mandiri yg menyediakan berbagai kebutuhannya sendiri.

Day 3-4
Jeju - Busan
  • Haeundae Beach
  • Haeundae Dalmaji Road
  • Gwangan Bridge (Jembatan Berlian)

Di hari ketiga saya dan kawan berangkat lagi dari Jeju menuju Busan dengan pesawat domestik. Dari bandara Busan kami naik subway menuju penginapan. Berbeda dengan Jeju, kota ini cukup sibuk dan tingkat polusi sudah lebih terasa. Saya dan kawan menginap di guesthouse yg dekat dengan pantai Haeundae. Karena tidak terbiasa dengan suhu rendah, kami hanya bisa menikmati suasana pantai tanpa main air, di pantai pun tak lama kami langsung menuju Dalmaji Road. Dalmaji Road adalah jalanan yang pada bagian trotoarnya sekitar sepanjang 100m dibuat dari kayu, dan disediakan kursi taman sebagai tempat bersantai di bawah pohon sakura.
Malam harinya kami menuju Gwangan Bridge. Untuk menuju spot itu harus naik subway dari station Busan ke Gwangan. Pada perjalanan pulangnya kami sempat kesasar di sebuah komplek perumahan dan tidak bisa keluar. Kami hanya berputar-putar selama hampir 1 jam. Untungnya ada seorang ibu yang mengantar kami sampai ke station Gwangan, alhamdulillah kami bisa pulang ke guesthouse.

Day 4-8
Busan - Seoul
  • Trick eye museum
  • Gwanghwamun Castle
  • Itaewon Mosque
  • Duduk2 di Myeong-dong

Pukul 9 pagi kami sudah siap sarapan dan check out, kami naik bus Busan - Seoul keberangkatan pukul 10 pagi. Perjalanan Busan - Seoul dengan bus ditempuh dalam 8 jam, tanpa macet sedikit pun.
Setibanya di Seoul, kami menghubungi pic Mr. Egg guesthouse. Kami dijemput di dekat station Hongdae dan berjalan kaki menuju guesthouse. Suasana guesthouse-nya begitu nyaman dan rasa kekeluargaan, hanya saja agak berisik di malam hari pada saat kami menginap. Tapi secara fasilitas, semua nyaman walaupun toilet di luar tapi bersih.
Esok harinya, kami jalan-jalan ke Trick Eye Museum. Sepanjang jalan menuju ke sana mulai dari subway hingga toko emperan banyak yang menjual kosmetik dengan harga obral. Dimana harganya rata-rata hanya 1/3 sampai 1/2 kali lipat dibanding harga jual di Indonesia. Tujuan berikutnya adalah kastil Gwanghwamun. Di sana kami sempat menyaksikan upacara pergantian prajurit. Kami tidak tau sejarah dibaliknya kastil dan seisinya, fokus kami tersita mas-mas prajurit kastil yang rupawan hihihi.
Hari berikutnya, kami menuju Itaewon, distrik yang penuh keragaman antarbudaya, antarbangsa, antarbahasa. Di sana kami bisa menemukan restoran Arab yang menjual nasi goreng. Di sana pulalah kami makan nasi goreng (yg menurut kami) masih paling  mahal sampai dengan hari ini. Seporsi nasi goreng sapi harganya lebih dari IDR 90.000.


Day 8-9
Incheon - Jakarta
Hari terakhir di Korea 1 jam sebelum boarding, dan hampir terlambat karena bangun kesiangan.