Sabtu, 28 September 2013

Another Trip in Indonesia : Garut

(5 - 6 Sep’13)
Hari 1
Jam 6.15 pagi saya dan adik (RirinGorin) memulai adventure trip. "Beruntungnya" kami diawal perjalanan langsung bertemu bus 41P jurusan Kp. Rambutan, tapi bus itu ternyata hanya memutar balik di cawang bawah. Harusnya kami tanya dulu apakah bus itu tujuannya sampai ke terminal. Jadi kami harus  berjalan kaki ke UKI, di sana banyak bus tujuan Kp. Rambutan.
Kami tiba di terminal Kp. Rambutan jam 7, padahal bus Jakarta - Garut berangkat jam 6.30, kalau saya tidak salah ingat.
Bus ke Garut (Karunia Bakti) sudah standby di terminal, dan kami duduk menunggu dalam bus sampai berangkat pada jam 9.30.
Catatan itinerary kami di hari pertama adalah
Candi Cankuang dan Situ Bagendit, hari ke-dua Pantai Santolo, hari ke-tiga Curug Citiis. Tapi kami bukan anak yang taat pada catatan haha... Kami pindahkan Pantai Santolo ke hari pertama.
Kami tiba di terminal Guntur jam 13.30, lalu makan siang di rumah makan terdekat selama 30 menit. Setelah itu kami harus naik Elf ke arah Pameungpeuk, lokasi pantai Santolo. Katanya internet sih, jaraknya sekitar 88km dari kota Garut dan ditempuh dalam 4 jam. Tapi ternyataaa... itu belum termasuk waktu istirahat selama perjalanan. Waktu itu elf yg kami tumpangi istirahat tiga kali. Jadi track Garut - Pameungpeuk itu benar-benar melintasi pegunungan berkelok-kelok. Pemandangannya memang indah menghibur mata. Kadang Elf berjalan di atas kabut, hamparan sawah dan perkebunan teh. Tapi karena perjalanan yg begitu panjangnya semangat yg tadinya menggebu lama-lama meleleh.
Jam 19.00 tiba di Santolo kami langsung cari penginapan. Banyak penginapan backpack di sekitar pantai, kira-kira 600m dari LAPAN. Biasnya elf hanya sampai Pasar Pameungpeuk, tapi waktu itu sopirnya menawarkan jasa tambahan dengan ongkos tambahan Rp. 5,000.
Lebih disarankan mencapai TKP itu dengan kendaraan pribadi karena bisa lebih menghemat waktu.
Esok harinya, pagi-pagi sekali saya dan adik pergi menyebrangi laut beberapa meter ke pulau Santolo dengan perahu nelayan. Kami berlibur di hari kerja dan tidak musim liburan sekolah, jadi pulau itu sepi sekali seperti milik pribadi. Pagi itu baru ada empat orang termasuk kami. Kami menjelajah pulau dan photohunting sampai puas.

Hari ke-dua. Jam 10.30 kami berangkat kembali ke Garut kota dengan naik angkot dari Santolo ke Pasar Pameungpeuk, dari pasar naik elf tujuan Garut. Hari ini tujuan kami adalah Curug Citiis yg lokasinya berdekatan dengan Cipanas yg terkenal dengan pemandian air panasnya. Kami tidak ikut elf sampai ke terminal, kata akang-akang baik di elf kami lebih baik turun di Simpang Lima dan naik angkot 04 arah Cipanas, karena jika kami ke terminal hanya akan ikut berputar dan melintasi Simpang Lima lagi. Angkot ini juga melewati Jalan Otista tempat membeli oleh-oleh makanan khas Garut. Kata si bapak angkot kalau kami mau ke Citiis harus turun di Tiis Surya. Begitu turun angkot di Jalan Cipanas, kami langsung survey penginapan, supaya bisa melegakan pundak. Tapi karena dua penginapan yg kami temui harganya agak mahal, kami coba untuk ke Curug Citiis dulu. Diperjalanan lagi-lagi kami bertemu penduduk ramah dan baik. Beliau menyarankan kami untuk ke Citiis pagi saja karena tempatnya jauh dan saat itu sudah jam 14.00. Baiklah, kami ikut sarannya. Kami kembali survey penginapan dan akhirnya kami menemukan penginapan backpack Gatha Lugina. Tempatnya lumayan untuk budget trip, tiap kamar memiliki kolam rendam air panas.
Di Jalan Cipanas ada hotel middle-up Danau Dariza, karena kangen jus kami makan malam di sana. Sekilas, saya kira Hotel ini konsepnya hampir sama seperti Kampung Sampireun. Bungalow-bungalownya di tengah kolam dan servicenya  menggunakan perahu. Tidak ada komen bagus tidaknya tempat itu, karena ke sana pada malam hari hehe...tapi restaurant-nya lumayan cozy untuk nongkrong-nongkrong istirahat. Tidak mahal juga harga untuk makanan hotelnya.

Tibalah kita di Hari ke-tiga.
Jam 5.30 kami jalan kaki menuju Citiis, dan ternyata kesiangan. Truk pasir sudah mulai berangkat naik jam 5.
Truk pasir?
Yap, kami harus naik truk pasir untuk ke Citiis. Itu satu-satunya kendaraan yg bisa ditumpangi.
Gossh ! Lil’Africa is in front of us !!
Itu adalah ungkapan pertama saat kami memasuki area gunung Citiis. Gunung itu isinya cuma semak, pasir dan batu untuk ditambang. Dan tempat itu adalah surganya foto.
Kami kira tempat yg kami tuju itu bisa di tempuh berjalan kaki seperti ke Curug Nangka, 2km sebelum main gate plus 2km jarak dari main gate ke curug. Ini sama sekali tidak seperti itu, kami harus mendaki gunung pasir, melintasi tempat-tempat pertambangan, menyapa truk-truk yg lewat. Setelah 2jam mendaki dan photohunting sana-sini, kami menemukan aliran air yg bersumber dari mata air Citiis. Hanya tinggal sedikit lagi sepertinya jarak untuk mencapai curug itu, para penambang bilang sih sekitar 1km lagi, tapi kami memutuskan balik arah. Track menuju curug itu harus melewati sedikit hutan dan jalan setapak sedangkan kami hannya berdua. Agak kurang aman sepertinya.
Dalam perjalanan kembali ke penginapan kami mampir toko suvenir kulit. Ada tas, sandal, jaket. Kang Dadang, nama pemilik tokonya, senang berbincang. Di toko ini pula saya dapat info bahwa kita bisa menunggang kuda ke curug Citiis.
Wuiihh...foto di atas kuda di hamparan semak pasti sekeren iklan rokok Marl**** hehe.
Walaupun belum tercapai cita-cita ke Curug Citiis, setidaknya petualangan Garut ini menyenangkan. Rasa-rasanya saya ingin ke sana lagi, menunggang kuda seperti jagoan...haha.

Pulangnya kami naik bus Primajasa (recommended) jurusan Lebak Bulus dari terminal Guntur. Banyak calo bus yg menawarkan sekaligus memaksa. Saat kami naik bus Primajasa sempat dihampiri jeger atau preman bus karena mereka mengira kami akan naik bus mereka. Saya tidak ingat apa nama busnya, tapi jelek warna abu-abu metalik. Ada baiknya tidak menjawab pertanyaan calo-calo itu dan bersikap yakinlah anda akan naik bus yg mana.
Primajasa lebih bagus dan terlihat profesional. Mereka memberi tanda pembelian tiket dan memiliki jadwal keberangkatan yg tertulis.

Baiklah, semoga catatan ini bermanfaat :)
Saatnya summary biaya :
Bus Jurusan Kp. Rambutan Rp 3,000
Bus AC Jakarta - Garut Rp 42,000
*tarif standar Primajasa & Karunia Bakti
Elf Garut - Pameungpeuk Rp 25,000
Penginapan di Santolo Rp 100,000 per nite
*utk 2org, kamar mandi luar, kipas angin, tv
Makan malam seafood Rp 30,000an
Makan pagi indomie Rp 7,000an
Perahu penyebrangan (pp) Rp 4,000
Angkot Santolo - Psr Pameungpeuk Rp 5,000
Angkot 04 (Simpang5 - Cipanas) Rp 3,000
Penginapan Gatha Lugina Rp 150,000
*Utk 2org, kolam air panas, kipas angin, TV
Dinner di Danau Dariza Rp 45,000an per org
Kuda ke Citiis Rp 150,000 per org per kuda
*bersedia menunggu sampai turun gunung
Chocodot mulai Rp 12,000an
Dorokdok (kerupuk kulit) mulai Rp 18,000an

Perahu nelayan ke Pulau Santolo

Pantai Santolo

Semak di pertambangan pasir

Minggu, 18 Agustus 2013

Jalan - Jalan ke Pecinan di Petak Sembilan

(17 Aug’13) - Berbekal referensi dari berbagai blog, saya dan kawan (Fina) menuju Petak Sembilan, pada jam setengah sembilan, yang berlokasi di Glodok. Tujuan kami adalah photo hunting sekaligus wisata kuliner. Kami berharap bisa mengunjungi beberapa restoran, tapi ternyata hanya beberapa tempat yang buka. Mungkin masih dalam masa liburan atau karena bertepatan dengan HUT RI ke-68.
Sebelum mencapai pasar dan vihara (klenteng) kami harus melewati gang-gang tempat tinggal dimana semua rumahnya berpagar besi rapat-rapat. Sayangnya itu masih jadi pertanyaan bagi saya...hehe.
Hiruk-pikuk seperti suasana pasar pada umumnya menyambut kami, tapi walaupun begitu kami banyak menemukan keramahan orang-orang sekitar. Mereka dengan senang hati mempersilakan kami mengambil foto dan memberikan informasi.
Sepertinya untuk mengambil foto suasana pasar, kami datang kesiangan sehingga tak banyak gambar saya ambil. Lalu kami lanjut ke Vihara Dharma Bakti. Di dalamnya terbagi menjadi beberapa kuil dewa-dewi, diantaranya kuil Hui Tek Bio (untuk dewa rejeki). Kuil ini memiliki tiga lilin raksasa, salah satunya berbobot 1000kati (625kg) yang tahan menyala selama 4 bulan. Wow ya!
Di sekitar pintu masuk vihara ada penjual burung, harganya Rp. 1.000 per ekor. Konon burung-burung itu dilepas saat beribadah untuk membuang sial.
Tak jauh dari vihara , ada restoran Ming Yen. Kami mencoba sapo tahu (halalnya) yang sedap dan teh kietna yang segar. Bukan cuma Korea yang punya teh jeruk, ternyata kita juga punya. Teh ini dibuat dari jeruk beserta kulitnya dan asam jawa, sehingga rasanya asam-manis, persis seperti permen nano-nano. Wajib dicoba ^_^
Tanpa direncanakan senelumnya, kami meluncur ke kota tua. Di sana ada beberapa lomba yang diadakan, kami melihat-lihat sebentar lalu pergi kuliner lagi ke Gazebo Cafe untuk makan es krim Baltic.
Baiklah, waktunya sumarry :

Transportasi & Lokasi
- Petak Sembilan : bus transjakarta turun di halte Glodok - nyebrang ke sebelah kiri - masuk Jl. Kemurnian (I atau II) mana saja akan tembus ke Petak Sembilan. 10 menit jalan kaki.
- Kota tua : dari Glodok bisa naik bus transjakarta atau mikrolet/angkot Kota turun di Kota Tua.
- Gazebo Cafe di Jl. Kunir 5B : jalan kaki 5 menit dari belakang kantor Pos Fatahillah, berdekatan dengan K7 Entertainment di sebelah Indomart, lokasinya agak masuk ke dalam.

Dan berikut ini foto-foto yang sempat diambil.

Kamis, 18 April 2013

Trip to Jogjakarta

(28 Feb’13 - 4 Mar’13)
Setelah cukup lama tidak berlibur, saya (Feny) memutuskan Jogja sebagai destinasi 4 hari. Sebenarnya semula tujuan saya adalah Dieng - Wonosobo, tapi karena beberapa alasan, destinasi itu saya tunda untuk waktu yg belum dapat ditentukan hehe...

Yuppi, di bawah ini adalah itinerary saya dan kawan (Dita) selama berjalan-jalan di sekitaran Jogja beserta akomodasinya.

1. Hari Berangkat (Kamis sore)
Karena kantor saya dan Dita berlokasi di Karet, maka kami berangkat ke Stasiun Ps. Senen lewat Jl. Jend. Sudirman, naik bus AC jurusan Ps. Senen - Tn. Abang dari depan Wisma Kyoei (Fujitsu).

2. Day 1 : Malioboro dan House Of Raminten
Menyusuri Malioboro dapat dengan menggunakan jasa becak yang banyak ditawarkan sepanjang jalan. Umumnya jasa antar ke 3 tempat wisata dipatok seharga Rp. 5.000 saja dan bapak becak akan bersedia menunggu jika Anda belanja. Kami memilih berjalan kaki ke Pasar Beringharjo dan Benteng Vredeburg. Dari benteng kami mencoba menuju kraton dengan jalan kaki tapi karena cuaca cerah sekali dan betis pun sudah terasa kencang akhirnya kami memutuskan untuk naik becak dari alun-alun ke tempat-tempat wisata seperti Taman Sari, Kraton, dan tempat suvenir.
Malam harinya kami bersama Ian dan Nazer makan di House of Raminten yg populer itu hehe. Untungnya kami ada diantrian nomor 3, jadi tidak begitu lama menunggu. Resto itu tergolong murah meriah dan menunya pun cukup enak, itu sebabnya pengunjung selalu datang dan mengantri. Setelah makan, kami ke alun-alun timur. Di sana ada dua beringin besar-besar. Konon jika Anda berhasil melalui jalan antara dua pohon tersebut dengan mata ditutup, keinginan anda bisa tercapai.

3. Day 2 : Gunung Kidul (Sungai Oyo dan Gua Pindul) dan Sate Klathak Pak Pong di Imogiri
Hari Sabtu pagi hanya saya dan Ian yg berangkat menuju Gua Pindul di desa Bejiharjo - Kabupaten Gunung Kidul, karena Dita memilih untuk tidak ikut. Dari penginapan (Jl. Sosrowirjan), perjalanan memakan waktu 1,5 jam dengan kecepatan 60 - 80km/jam. Jauh. Melewati Pakualaman, Bukit Bintang, dan saya tidak hafal jalannya. Kami ambil paket Body Rafting di Sungai Oyo dan Cave Tubing. Untuk menuju tempat body rafting, kami harus naik mobil bentuknya seperti truk tapi kecil muat untuk 8 orang berdiri plus ban-ban yg akan dipakai untuk kegiatan di sungai. Perjalanan menuju sungai cukup jauh dan offroad, kami juga melewati perkebunan kayu putih.
Di tengah perjalanan sungai ada air terjun tidak begitu tinggi, tapi cukup memijat. Lalu ada batu kira-kira tingginya 7m dan 13m sebagai tempat meluncur ke sungai. Sungguh memicu adrenalin. Pulangnya, Ian mengambil jalan agak memutar melewati situs Gn. Api Purba di Patuk yang sejarahnya pernah aktif sekitar 60jt tahun lalu. Tempatnya bagus sekali, tapi sayang kami tidak sempat naik, karena hari mendung dan rintik air langit sudah mulai turun. Tapi saya sempat mengambil foto ala kadarnya (no.3).
Imogiri - Bantul. Saya tidak mengira akan makan malam di sana. Selama ini saya hanya sering mendengar nama kabupaten itu disebut-sebut di TV. DI sana ada banyak tempat menjual sate klathak, tapi yang terkenal adalah Sate Pak Pong. Bedanya sate klathak dengan sate-sate lain adalah bahan dasarnya daging anak kambing dipanggang dengan tusukan yg terbuat dari jeruji sepeda. Satenya sangat lembut dihidangkan bersama kuah kari. Kemudian kami juga memesan tongseng ditemani teh poci yang pemanisnya gula batu. Slurrp....

4. Day 3 : Parangtritis
Pagi ini saya pilih tidak ikut ke Borobudur, karena sebelumnya sudah pernah ke sana. Dan tiba-tiba saya punya ide ke pantai. Saya kira yg bisa dijangkau seorang diri adalah Parangtritis. Berangkatlah saya dengan TransJogja menuju Pojok Beteng Wetan. Dari sana saya harus sedikit berjalan ke Jl. Parangtritis, naik bus Jogja - Parangtritis. Rute jalannya cuma lurus saja dari Jl. Parangtritis tadi sampai ke pantai. Lama perjalanan sekitar 1,5jam termasuk "ngetem" dan tanpa macet. Gerbang utama dan pintu masuknya gratis, karena sepertinya sudah termasuk dalam tarif bus. Sambil berlalu saya banyak melihat penginapan murah sekali di sekitar Parangtritis. Harga di mulai dari 25ribu. Begitu turun bus, saya langsung berjalan ke arah pantai. Di sepanjang jalan itu banyak juga penginapan disertai tempat penitipan motor. Kemudian memasuki garis pantai ada penyewaan ATV (foto no.1), penyewaan payung, sado, paralayang yg ditarik Jeep. Ombak Parangtritis cukup besar dan kuat, sehingga tidak diijinkan renang di luar batas yg ditentukan, bahkan pengelola membuat 2 kolam untuk renang anak-anak untuk menjaga keamanan.

5. Day 4 : back to Jakarta
Kami naik kereta Jogja - jakarta keberangkatan jam 8 pagi. Thanks a lot to Ian and Nazer, we experienced good things in Jogja, guys.

Akomodasi :
- Bus AC Tn. Abang - Senen Rp 5.000
- Kereta (Ps. Senen - Jogja/Tugu) Rp 180.000
- Kereta (Jogja/Tugu) Rp 190.000
- Losmen Lucy (Jl. Sosrowirjan, foto no.4) Rp 180.000 per nite
- Sewa Sepeda Rp 25.000 per hari
- Sewa Motor Rp 60.000 per hari
- Hotel Larasati Rp 90.000 (foto no.5)
- HTM tempat wisata berkisar antara Rp 2.000 Rp 6.000
- Body Rafting (Sungai Oyo) Rp 45.000
- Cave tubing (Goa Pindul) Rp 30.000
- Transjogja Malioboro - Pojok Beteng Wetan Rp 3.000
- Bus Jogja - Parangtritis Rp 12.500
- Lunch di sekitar pantai dan goa pindul sekitar Rp. 15.000 per orang
- Oleh-oleh bakpia Kurnia Sari Rp 33.000

NB : Harga di atas mungkin dapat berubah seiring kenaikan bbm...hehhe

Well, bagi yang mau berpetualang, selamat mencoba ya ^_^